.permalink {border: 1px dotted #EFF0F1; padding: 5px; background: #AAFFA0;-moz-border-radius:5px;} .permalink a {background:none;} img.float-right {margin: 5px 0px 0 10px;} img.float-left {margin: 5px 10px 0 0px;}

ASBIHU NU

SELAMAT DATANG DI BLOG PENGURUS PUSAT ASOSASI BINA HAJI DAN UMRAH NAHDLATUL ULAMA (PP. ASBIHU NU) -- SELURUH PIMPINAN DAN STAF PP ASBIHU-NU MENGUCAPKAN SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH HAJI 1436 H SEMOGA MEMPEROLEH BALASAN HAJI MABRUR DAN DITERIMA AMALNYA SERTA SELALU MENDAPATKAN PERLINDUNGAN ALLAH SWT. آمِـــــيْنْ ...آمِـــــيْنْ ... يَا رَبَّ الْعَـــالَمِيْنْ

PP. ASBIHU NU


widget

Iklan

 photo addesign_zpshzefpw5i.gif

Friday 20 April 2012

Penghancuran Situs-situs Sejarah Oleh Kaum Wahabi Saudi


Penghancuran Situs-situs Sejarah Oleh Kaum Wahabi Saudi

Saya hanya ingin menambahkan sedikit saja tentang kehancuran Kota Madinah, yang  saya saksikan secara langsung ketika mengunjungi kota Madinah Al-Munawwaroh 17-20 Juli 2005.
Dari segi kemajuan tekhnologi tata ruang bangunan dan interior sebuah kota, saya menilai Madinah sangat cantik dan modern serta memiliki kemajuan yang sangat pesat sekali, terutama bangunan-bangunan diseputar Masjid Nabawi dan tempat-tempat sekitar radius 5-10 kilometer dari Masjid Nabawi.
Namun dari sudut pandang sejarah, kota ini seakan-akan tidak memiliki lagi latar belakang sejarah kegemilangan Islam di masa lalu. Secara pribadi saya amat sangat menyayangkan situs-situs sejarah banyak yang dihilangkan oleh pemerintah KSA yang berfaham Wahabi, seakan-akan kota ini ingin dirubah seperti newyork atau ala singapura. Perubahan ini terjadi dimulai sejak era tahun 1990-an, dimana kebetulan tahun 1993 saya juga pernah mengunjungi kota ini selama 9 hari.
 Perubahan yang terjadi dari hasil pengamatan saya adalah :
 1. Pemakaman syuhada Baqi, kalau dulu tahun 1993 kita masih bisa ziarah dan memandang ke makam Baqi dengan hanya berdiri seperti halnya bila kita berdiri diluar tempat pemakaman umum di Indonesia.
 Tapi perubahan yang sekarang adalah, pemakaman baqi tidak bisa dilihat atau diziarahi hanya dengan berdiri karena pemakaman itu sekarang sudah dikurung dengan tembok berlapis marmer setinggi kira-kira 6-10 meter, sehingga kalau kita mau berziarah dan melihat makam syuhada Baqi harus menaiki anak tangga dulu sekitar 5 meter.
 Disamping itu kalau dulu kita bebas berziarah kapan saja waktunya sesuai dengan keinginan kita, tapi sekarang tidak sembarang waktu bisa kita lakukan, kecuali antara pkl 07.00 sampai pkl.8.30 pagi waktu setempat. walaupun kita terlambat 5 menit saja, jangan berharap anda bisa menaiki anak tangga karena diujung anak tangga sudah di tutup pintu besi setinggi 3 meteran, dan bilamana sudah pkl.08.30 anda masih saja berada di atas sana, askar2 kerajaan akan segera menarik-narik badan anda untuk segera keluar dari sana. Jadi memang sekarang sangat dibatasi ruang maupun waktu dalam menziarahi maqam Baqi ini.
 Dan yang mengenaskan saya adalah, dibawah tembok setinggi 6-10 meter itu sekarang sudah dibuat kios-kios kecil sebagai tempat usaha para pedagang menjajakan barang dagangannya.
 Entahlah… mungkin 15-20 tahun kedepan Maqam Baqi mungkin sudah tidak ada lagi dan areal pemakamannya sudah dijadikan gedung pasar yang modern. Menurut penilaian saya, penutupan areal pemakaman dengan tembok setinggi 6-10 meter saat ini hanya sebagai awal saja, dengan maksud supaya orang tidak lagi secara bebas berziarah kesana, sehingga lama-kelamaan orang akan lupa untuk berziarah ke maqam Baqi ini. Akhirnya setelah orang melupakan areal ini, generasi berikut tak ada lagi yang mengetahui dimana areal pemakaman Baqi, selanjutnya mungkin akan dijadikan gedung pertokoan, siapa tahu…?
2. Masjid Qiblatain, (masjid 2 kiblat), dulu tahun 1993 masjid ini memiliki 2 mimbar, satu menghadap Makkah, satu lagi menghadap Baytul Maqdis.Pada mimbar Baytul Maqdis tertulis dengan berbagai bahasa termasuk dalam bahasa Indonesia, yang menceritakan bahwa mimbar ini sebelumnya digunakan sebagai mimbar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ketika shalat menghadap Baitul Maqdis, namun setelah turun ayat  yang memerintahkan untuk merubah qiblat dari menghadap Masjidil Aqsha ke Masjidil Harom, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berpindah ke mimbar yang sekarang menghadap Masjidil Harom (mimbar ke 2).
Tapi sekarang ; mimbar yang menghadap Masjidil Aqso sudah dihilangkan sehingga tidak ada tanda lagi bahwa masjid ini memiliki 2 kiblat, sehingga sudah hilang nilai sejarahnya. “Masjid qiblatain” hanyalah tinggal sebuah nama saja, mimbarnya tinggal 1, sepantasnya namapun berubah menjadi Masjid Qiblat, karena mimbarnya hanya satu.
3. Parit (Khandaq) – yang pernah digunakan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam untuk menghalau musuh dalam peperangan Khandaq atau Ahzab- pada tahun 1993 masih ada berupa gundukan tanah yang digali seperti lobang saluran air yang panjang, tapi kini Khandaq hanya tinggal nama, lokasinya sudah diuruk rata.
4. “Tanah basah” tempat dimana Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib terbunuh pada perang Uhud, sekarang sudah ditutup dengan aspal yang tebal dan dijadikan lokasi parkir kendaraan. Tapi anehnya, walupun sudah dilapisi dengan aspal, aspalnya tetap basah hingga sekarang walaupun sudah 14 abad terpanggang sinar matahari. Konon tanah ini tetap menangis selama-lamanya karena ditumpahi darah. Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib ra, adalah seorang yang sangat gagah berani di medan Uhud, dan mati syahid dibunuh oleh budak Hindun, isteri Abu Sufyan, dan ibu dari Muawiyyah.
5. Kota Madinah sebetulnya memiliki sebuah sumur abadi seperti halnya sumur zam-zam di Makkah, perbedaannya kalau sumur zam-zam itu asalnya adalah peninggalan Nabi Ibrahim AS, ketika Siti Hajar istrinya mencarikan air untuk memberi minum putranya Nabi Ismail AS.
Tapi kalau di Madinah adalah peninggalan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang masih tetap mengeluarkan air hingga sekarang. Namanya adalah sumur “Tuflah”, lokasinya dipinggiran kota Madinah. Tuflah asal katanya berarti air ludah, konon kata kuncen penjaga sumur ini, sumur ini dibuat semasa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam perjalanan menuju kota Madinah, namun ketika itu kehabisan persediaan air.
Akhirnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan mu’jizatnya meludahi dengan air ludahnya sendiri suatu tempat di padang pasir yang gersang itu, dan saat itu juga tanah itu mengeluarkan air dan hingga sekarang dijadikan sebuah sumur yang airnya sangat jernih sejernih zam-zam, dan tetap mengalirkan air hingga sekarang. Saya mencoba minum dan berwudhu dari air sumur ini, memang terasa sangat nikmat bagaikan meminum air zam-zam.
Tapi sangat disayangkan, sumur ini sudah jelas sebagai peninggalan sejarah dimasa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, tidak dilestarikan sama-sekali bahkan dibiarkan saja oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia yang beraliran Wahabi sehingga nampak kusam dan tidak terurus sama-sekali. Mungkinkah kaum Wahabi tidak terlalu suka pada peninggalan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam?
Kata penjaga sumur ini, kebanyakan orang-orang yang mengunjungi sumur ini adalah orang-orang Ahlus-Sunnah yang mencintai Ahlul-Bayt, termasuk Anda, Anda dari Indonesia?, katanya…Tapi maaf, disini anda tidak boleh berlama-lama melancong, karena setiap 2 jam sekali ada patroli dari Askar kerajaan dan mata-matanya (spionase) yang mengawasi orang-orang yang berkunjung kesini. Saya khwatir anda ditangkap oleh tentara Wahhabi. Maka bila anda sudah minum dan berwudhu silakan anda segera pergi dari sini. (sumber; barrynuqoba.wordpress.com)

Tahun 2020 Mekah akan Bisa Menampung 5 juta Jemaah Haji


Tahun 2020 Mekah akan Bisa Menampung 5 juta Jemaah Haji

Pembangunan di Mekah mengarah pada kemampuan mengakomodasi jemaah haji hingga 5 juta orang dan sekitar 25 juta jemaah umrah.

Jemaah haji yang menunggu pemberangkatan hingga tahun 2020 tak perlu gusar, bahkan bersykurlah. Sebab, pada tahun 2020 itu, atau sekitar 8 tahun lagi, pembangunan kota suci Mekah sudah mencapai puncaknya. Semua bangunan dan super blok selesai dan kita tinggal menikmati dan mengagumi kemegahannya.

Tapi, jangan heran jika Mekah kemudian menjadi kota paling mahal di dunia. Memang, pemerintah Arab Saudi tetap akan mengalokasikan pemondokan untuk jemaah miskin yang diambilkan dari tanah wakaf Masjidil Haram, meski harus bersedia menrima kenyataan jauh dari Masjidil Haram.

Sejak diresmikan jam Mekah pada awal Ramadhan tahun 1421 Hijriyah atau tahun 2010 lalu, wajah Mekah telah berubah. Apalagi sejak itu muncul ide untuk mewujudkan waktu Mekah sebagai waktu yang melekat bagi umat Islam di dunia. Namun, keinginan ini belum terlaksana, selain pada beberapa negara di Timur Tengah.
Kita juga akan dikejutkan dengan perkembangan pembangunan wilayah Mekah yang sangat mencengangkan. Bahkan, selesainya pembangunan jamarat tahun lalu membaut perhajian semakin mudah dan menyenangman. Tidak ada lagi kata khawatir terjadi bentrok dan benturan antar jemaah saat melempar jamarat. Bahkan, Arab Saudi untuk mendukung 5 sampai 10 juta jemaah haji akan membangun tingkat Arafah.

Jemaah haji kita mungkin tak lama menunggu antre keberangkatan. Bahkan sangat mungkin kuota kita akan bertambah menjadi 500.000 jemaah haji yang akan nanti justru akan menjadi masalah baru bagi pemenuhannya jemaahnya setelah semua jemaah tunggu diberangtkatkan.

Tak hanya itu, 5 juta jemaah haji juga akan memaksa Arab Saudi membuka bandara-bandara baru untuk memenuhi hajat Mekah dan Madinah. Jika kini untuk melayani jemaah haji sebanyak 2 juta saja kesibukan sudah sedemikian padat, apalagi jika melonjak dua atau tiga kali lipat. Penerbangan bukan sesuatu yang mudah akhir-akhir ini.

Memang sangat mungkin jemaah haji akan diterbangkan dengan pesawat super raksasa A380 yang mampu mengangkut 850 jemaah haji sekaligus. Masalahnya, di bandara Soekarno Hatta sendiri saja belum tersedia terminalnya. Jika saja nantinya dibangun, biaya penerbangan akan semakin mahal karena nantinya penerbangan akan dilakukan secara hub and spoke, Semua penerbangan akan ditujukan ke Jakarta dan dari sana kemudian penerbangan dilanjutkan ke Jeddah atau Madinah.

Bahkan, jika mungkin tahun 2020 mendatang, jemaah akan datang dengan multi moda transportasi. Kapal laut akan mungkin dihidupkan lagi sebagai pilihan karena tak tertampungnya jemaah melalui udara. Hal ini tentu akan meramaikan pelabuhan Islam Jeddah atau pelabuhan industri Yanbu’ yang selama ini baru dimanfaatkan jemaah haji asal Mesir saja.

Bagaimana dengan Mekah sendiri? Kota ini akan menjadi kota termahal di dunia. Jika selama ini jemaah haji membayar 4.000 Riyal untuk masa tinggal 20 hari di apartemen sederhana, artinya sehari harus dibayar 200 Riyal atau Rp 500.000 perorang. Sementara hotel bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Kini, penduduk asli Mekah mulai terpinggirkan karena tak kuasa menghadang arus pemilik modal yang benafsu membangun hotel di Mekah. Nama-nama investor besar perhotelan seperti JWMarriot, Swiss Belhotel, Hilton, Kempinsky, dan lain sebagainya semakin menceramkan kuku panjangnya di Tanah Suci.

Melenceng
Pembangunan Mekah ini dinilai mulai jauh melenceng sebagai kota suci. Harian New York Times pernah mengritik pembangunan Mekah yang tak sesuai dengan tujuan jutaan umat ke sana. Pembangunan Mekah yang dicanangkan adalah pembangunan berskala nafsu yang tidak rasional. Mekah tak ubahnya Paris, London, New York atau Tokyo. Bangunan dan barang mewah dijual untuk jemaah haji. Sementara pedagang tradisional terpinggirkan jauh berkilo-kilo meter dari pusat kota Mekah.

Untuk pembenaran tujuan itu, pemerintah Mekah terpaksa harus menghancurkan bangunan-bangunan tua meski sudah dilindungi Unesco sebagai situs yang wajib dijaga. Benteng peninggalan Usmani (Ottoman) abad ke 18 harus rela hilang dari sergapan mata setiap memandang ke arah selatan Masjidil Haram. "Ini merupakan bentuk komersialisasi rumah Allah, " komentar Sami Angawi, arsitek Arab Saudi yang tengah menggarap riset tentang perhajian.

"Bayangkan saja, bangunan yang berada dekat masjid berdiri apartemen mewah yang disewakan pada pihak swasta selama 25 tahun. Jadi, jika anda ingin mendekat Masjidil Haram maka anda harus membayar tiga kali lipat dari sekarang," katanya.

Menurutnya, orang ke Mekah bukan untuk tidur di tilam mewah dan menghabiskan miliaran riyal untuk belanja. Mereka datang ke Mekah hanya untuk beribadah yang mementingkan untuk tinggal lama besimpuh di masjid. Hal ini membuat umat Islam akan terasing sendiri di rumah ibadahnya. "Dari pandangan arsitek, dan pejabat pemerintah, motif dari pembangunan kota Mekah adalah uang. Buah keinginan untuk mengeruk keuntungan dari kota yang sangat disucikan," kritiknya.

Surat kabar itu juga menambahkan ekploitasi secara berlebihan kota Mekah dapat mengancam keberadaan peninggalan Nabi Muhammad SAW.  Mentalitas itu yang dinilai NY Times membagi kota suci Mekkah.  "Sepanjang pengamatan dapat terlihat bangunan mewah dan ekslusif mengelilingi masjid suci dan membuat kaum miskin kian terpinggirkan," katanya.

Mekah memang akan melampaui Amerika Serikat dan Eropah. Eropah dan Amerika Serikat yang tengah mengalami krisis keuangan menjadi kebalikan dari Arab Saudi yang menikmati harga lonjakan tinggi minyak bumi. Bangunan di Mekah menajdi bangunan termegah dan termahal untuk ukuran arsitektural.

Diakui, pemerintah Mekah berusaha agar bangunan baru tetap dekat dengan watak kota Mekah. Seperti bandara haji di Jeddah yang memiliki bentuk kuat serasi dengan watak Arab.

Jemaah haji yang pernah ke Mekah pada awal tahun 2000-an, kini dia akan keilangan kenangan. Tak da lagi Pasar Seng yang sangat terkenal dan dekat dengan hati jemah haji Asia Tenggara itu. Untuk pengembangan mataf (tempat tawaf) zumur Zamzam yang dulu bisa dimasuki dan dilihat dari dekat, ditutup.

Bahkan pernah muncul wacana untuk membongkar tempat kelahiran Rasulullah yang sekarang menjadi perpustakaan Masjidil Haram itu. Diangankan dalam wacana itu, nantinya tempat kelahiran Nabi Muhammad yang dalam banyak pendapat merupakan tempat mustajab untuk doa itu, hanya nantinya ditandai sebuah batu besar di lobby hotel, yang tertulis di atasnya: di sini tempat dilahirkan NabiMuhammad SAW. Kelewatan.

Untungnya keinginan itu gagal, seperti kegagalan atau diurungkannya keinginan Raja Abdul Aziz menggusur rumah kelahiran Rasulullah di awal kekuasaannya setelah diganti sebuah istana oleh penduduk Mekah.

Orang tak bisa lagi menyaksikan eksotika Jabal Omar dan Jabal khandama karena sudah diratakan dan dijadikan bangunan apartemen pencakar langit, hotel bintang lima, dan mal. Begitu juga Jabal Omar di barat daya masjid yang dari situ diperoleh areal seluas 23 hektar dibangun untuk hotel dan mal, yang sama sakali asing bagi rakyat kecil. Sementara istana raja yang ada di Jabal Qubais tampak dipertahankan karena biasa dipergunakan keluarga kerajaan bila ingin ke Masjidil Haram.

Di sebelah utara masjid ada sekitar seribu rumah dan hotel yang dirobohkan. Lokasi ini meliputi wilayah Jabal Samiya. Untuk memindahkan mereka, pemerintah Arab Saudi mengeluarkan biaya tak kurang dari SR 6 miliar (sekitar Rp 16 triliun). Pemilik bangunan harus menerima keputusan tanpa syarat. Di situ sudah tidak ada satu pun bangunan yang berdiri.

Sebagai perluasan Masjidil Haram tanah bekas bangunan itu harus dikeruk hingga sejajar dengan masjid. Bahkan, harus digali hingga beberapa lantai untuk memancangkan tiang. Pekerjaan inilah yang membutuhkan waktu paling lama. Sudah setahun ini belum juga kelar. Penggusuran rumahnya sendiri hanya memakan waktu beberapa bulan. Tentu dengan peralatan yang serba canggih. Hotel-hotel besar dihancurkan dengan dinamit.

Yang membutuhkan waktu lama justru pengerukan tanahnya. Itulah bukit batu yang sangat keras. Nyaris seluruh bangunan semula berdiri di atas sebuah batu besar. Kini batu itu harus disingkirkan. Untuk menghancurkannya tidak cukup menggunakan satu dua dinamit. Sebelum jemaah haji datang, hampir setiap hari terdengar ledakan-ledakan bom. Sekarang ledakan itu sudah berhenti. Yang dilakukan tinggal menyingkirkan bongkahan batu-batu besar tersebut.

Membuang batu-batu tersebut juga tidak mudah. Bukan hanya Jabal Khandama dan Jabal Omar di sekita Masjidil Haram yang dihancurkan. Bukit-bikit lainnya pun dipotong untuk rumah-rumah flat baru. Sementara itu, kota Mekah sudah tidak ada lagi tanah datar. Maka bongkahan-bongkahan gunung harus diangkut ke luar kota. Material itu dibuang ke celah-celah bukit.

Hiruk pikuk alat-alat berat tak mengganggu jemaah yang sedang beribadah di Masjidil Haram. Pelaksana proyek sekarang lebih pintar. Setiap kali dilakukan pengerukan selalu disertai penyemprotan dengan air. Sehingga debu tak lagi beterbangan ke masjid. Di situ akan disediakan ruang terbuka yang bisa dipakai salat untuk 200 ribu jemaah mengikuti imam di depan kakbah.

Pembangunan yang tengah dikerjakan ini juga mengakibatkan kemerosotan moral. Pemalsuan air Zamzam merajelela. Memang, Pemerintah Arab Saudi tidak ingin jemaah haji tertipu. Razia bukan hanya dilakukan terhadap pedagang kaki lima. Toko-toko milik warga Arab tak luput dari pemeriksaan. Banyak minuman, air zam-zam palsu, pakaian, souvenir yang disita.

Tapi, penggusuran sekitar Masjidil Haram itu menimbulkan peluang baru bagi warga Arab dan mukimin. Jiwa-jiwa dagang bangkit. Di sekitar pondokan banyak bermunculan tok-toko baru. Di situ jemaah bisa mendapatkan aneka tasbih, surban, sajadah, kurma, dan oleh-oleh khas Arab lainnya.

Bahkan, jika mungkin tahun 2020 mendatang, jemaah akan datang dengan multi moda transportasi. Kapal laut akan dihidupkan lagi dan akan meramaikan pelabuhan islam Jeddah atau pelabuihan industri Yanbu’.

Monday 2 April 2012

Gelombang Besar Umrah


Gelombang Besar Umrah

Kita patut bersyukur ke hadirat Allah SWT dengan semakin  banyaknya masyartakat kita melaksanakan umrah. Sekali-kali  kita jalan-jalan ke bandara. Di terminal II kuita akn  saksikan sekumpulan masyarakat dnegan berbagai seragam yang  akan melaksanakan umrah.
Senang rasa hati melihat para tamu Allah itu. Karena  nmeerak tamu Allah, maka secara otomatis mendapat  kehormatan tertinggi pula. Tamu Allah tentu pilihan Allah.  Allah tak mudah menerima tamu yang tak sungguh-sungguh dan  ikhlas untuk menjadi tamunya. Mereka yang ikhlas adalah  mereka yang ingin menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah.  Dia semakin merasa kecil dan apa yang diperolehnya menjadi  tak bermakna, selain ridla Allah.
Tahun ini Arab Saudi mencananngkan jumlah jemaah umrah  sekitar 10 juta jemaah. Indonesia dicadangkan sekitar 1,2  juta jemaah umrah tahun 2012 ini yang berlaku selama  sekitar 9 bulan. Sekitar 400 perusahaan penyedia jasa umrah  'berebut' jemaah dengan berbagai gimmick.

Jemaah Asbihu-NU
Asosiasi Bina Haji dan Umrah-NU (Asbihu-NU) yang sejak dua tahun ini menyelenggarakan umrah merasa bersyukur, bahwa pergerakan jumlah jemaah yang dilayani selalu meningkat. Hal ini menunjukkan kepercayaan yang diberikan kepada kami.
Asbihu-NU tentu bertekad untuk terus meningkatkan mutu pelayanan umrah jemaahnya. Memang harus kita akui ada kenaikan tarip karena semakin tingginya tarip hotel di Arab Saudi. Seperti diketahui ada beberapa hotel dan pemondokan jemaah yang digusur untuk pembangunan perhotelan moderen. Di samping itu kami juga meningkatkan tarap mutu hotel untuk jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Tentu kami sangat terbuka dengan saran dan kritik. Pada era keterbukaan ini, maka kritik dan saran merupakan sumbangan yang sangat mahal untuk perbaikan pelayanan. Dan untuk diketahui, Asbihu-NU bukan lembaga yang mecari keuntungan semata. Asbihu-Nu memiliki visi dan misi tersendiri dalam penyelenggaraan umrah dan hajinya.

KBIH NU Gelar Taaruf Jemaah Haji


KBIH NU Gelar Taaruf Jemaah Haji

Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Nahdlatul Ulama (KBIH NU) Kabupaten Jepara, Ahad (25/3) kemarin menggelar Taaruf bersama Jamaah Calon Haji (JCH) tahun 2012 bertempat di Gedung NU lantai 2, Jalan Pemuda No.51 Jepara. Kegiatan diikuti 120 orang sedangkan JCH keseluruhan dari KBIH NU berjumlah 168.        

Dalam kegiatan itu, menurut Ketua KBIH NU, KH Muhsin Ali yang diwakili Wawan dan didampingi K Nur Hamid mengatakan kegiatan diisi dengan manasik haji dan penjelasan administrasi. “Taaruf merupakan program awal dari KBIH NU. Setelah itu akan dilanjutkan dengan manasik haji yang dilaksanakan dimasing-masing MWC NU,” katanya.  

Manasik haji yang akan dimulai 1 April mendatang, lanjutnya akan diisi dengan berbagai materi; Pengertian, Keutamaan, Perjalanan, Hikmah Ibadah Haji dan Umroh, Macam-macam Haji, Arkanul Haj Wal Umroh, Wajibatul Haj Wal Umroh, Muharromatul Ihrom, Dam, Qurban, Fidyah (Kifarat), Sunnanul Haj, Doa-doa, Tata Cara dan Praktik Memakai Pakaian Ihrom.           

“Selain itu ada pula materi Adabul Haj, Ziarah dan Makam-makam Mustajabah, Kesehatan, Fiqhun Nisa, Adat Istiadat Bangsa Arab, Fiqih (Intiqolul Madzhab, Salat Jamak, Qasar, Salat dalam Perjalanan) dan Pengayaan Materi. Kegiatan akan ditutup dengan Manasik Bersama, Halal Bihalal dan Pelepasan Jamaah Calon Haji,” imbuhnya.     

Rakercab Korda Pati    
Sementara itu, dihari yang sama bertempat di Gedung NU lantai 3 Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Kabupaten Jepara menyelenggarakan Rapat Kerja Cabang (Rakercab) Koordinator Daerah (Korda) Pati yang meliputi 6 Kabupaten Jepara, Kudus, Pati, Blora, Rembang dan Lasem.           

Ketua PC Fatayat NU Jepara, Imronah Hanani mengungkapkan melalui kegiatan tersebut harapannya akan membawa manfaat. Bersamaan akan habis jabatannya April mendatang ia meminta Pimpinan Ranting (PR) dan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat agar mengurus Surat Keterangan Terdaftar (SKT) pada Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol).              

“Sebelum masa jabatan kami berakhir kami mengharapkan PR dan PAC Fatayat mengurus SKT agar mudah untuk mengakses dana pada Pemerintah Kabupaten. Sebab SKT merupakan persyaratan baru yang harus dimiliki ormas,” jelasnya. 

Wednesday 21 March 2012

Azan Sebelum Berangkat Haji dan Umrah

Pada sebuah koran nasional ada pertrnayaan bagaimana hukum azan sebelum berangkat haji. Seorang ustadz muda langsung menjawabnya, bahwa berangkat haji dengan diawali azan dan iqamat itu adalah bid'ah. Bahkan, ustad itu menyatakan, dalam haji sebaiknya meninggalkan bid'ah agar tidak mengurangi pahala hajinya. Benarkah azan dan iqamat yang dikumandangkan sebelum berangkat haji atau umrah itu bid'ah.

Tentum, para ulama kita dahulu tidak gegabah mengamalkan ajaran agama. Mereka tidak sembarangan menerapkan ajaran Islam tanpa ada dasar atau pelajaran dari anjuran ulama sebelumnya. Adzan dan Iqamat sebelum berangkat haji udah lama ada dan sudah menjadi tradisi kita, terutama kalangan Nahdliyyin. Para ulama itu tidak bodoh dan tentu memiliki dasar yang mungkin belum diketahui oleh ustad muda yang hanya fanatik pada bacaan hadis tertentu itu. Berbeda dengan ulama kita yang membaca semua hadis, terutama yang sudah dirangkum oleh ulama-ulama sebelumnya.

Dasarnya adalah, pertama, berdasarkan penjelasan kitab I’anatut Thalibin yang ditulis oleh Mufti Mazhab Safi'i, Sayid Abu Bakar bin Syatha. Ia menulis: "Kalimat 'menjelang bepergian bagi musafir' maksudnya dalah disunnahkan azan dan iqamah bagi seseorang yang hendak bepergian berdasar hadits shahih. Abu Ya’la dalam Musnad-nya dan Ibnu Abi Syaibah mengatakan: Sebaiknya tempat adzan yang dimaksud itu dikerjakan selama bepergian asal tidak bertujuan maksiat."

Kedua, dalam Shahih Ibnu Hibban, Juz II, hal 36 disebutkan: "Dari riwayat Abu Bakar dan Ar-Rudbari dari Ibnu Dasah, ia berkata: Ibnu Mahzum menceritakan kepadaku dari Ali dari Aisyah, ia mengatakan: Jika seorang mau pergi haji atau bepergian, ia pamit kepada Rasulullah, Rasul pun mengazani dan mengqamati. Hadis ini menurut Ibnu Sunni mutawatir maknawi. Juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Al-Qarafi, dan Al-Baihaqi."
Dalam penilaian Imam Al-Hafiz yang dikutip oleh Sayyid Abdullah Bafaqih, Malang, hadis ini sahih.

Tentu, karena ada dasarnya tidak bisa dikatakan bahwa azan dan iqamat sebelum berangkat haji dan umrah itu sebagai bid’ah, bahkan telah menjadi sunnah.
Mubgkin, bisa kita terima jika ada pendapat ahli hadis lain yang menyatakan hadis ini tidak sahih. Hal ini wajar adanya perbedaan pendapat dan penilaian. Tapi, tidak menjadikan perbuatan azan dan iqamat sebelum berangkat hajiitu bid’ah.

Seperti pendapat Syaikh Zaruq yang dikutip Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari. Menurutnya, ada tiga norma untuk menentukan, apakah perkara baru dalam urusan agama itu disebut bid’ah atau tidak. Pertama, jika perkara baru itu didukung oleh sebagian besar syari’at dan sumbernya, maka perkara tersebut bukan merupakan bid’ah.

Kedua, diukur dengan kaidah-kaidah yang digunakan para imam dan generasi salaf yang telah mempraktikkan ajaran sunnah. Jika perkara baru tersebut bertentangan dengan perbuatan para ulama, maka dikategorikan sebagai bid’ah. Jika para ulama masih berselisih pendapat mengenai mana yang dianggap ajaran ushul (inti) dan mana yang furu’ (cabang), maka harus dikembalikan pada ajaran ushul dan dalil yang mendukungnya.

Ketiga, setiap perbuatan ditakar dengan timbangan hukum. Adapun rincian hukum dalam syara’ ada enam, yakni wajib, sunah, haram, makruh, khilaful aula, dan mubah. Setiap hal yang termasuk dalam salah satu hukum itu, berarti bisa diidentifikasi dengan status hukum tersebut. Tetapi, jika tidak demikian, maka hal itu bisa dianggap bid’ah.

Dengan penjelasan bid’ah seperti di atas, Hadratusy Syeikh kemudian menyatakan, bahwa memakai tasbih, melafazhkan niat shalat, tahlilan untuk mayyit dengan syarat tidak ada sesuatu yang menghalanginya, ziarah kubur, dan semacamnya, itu semua bukanlah bid’ah yang sesat.

Apalagi, azan menjelang keberantgkatan untuk haji dan umrah yang jelas ada hadisnya, seperti telah kami kutip di atas, yang jelas telah menjadi sunnah.
(Musthafa Helmy, mengutip tulisan KH Munawir Abdul Fattah Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta dan KH AN Nuril Huda (Penasehat Asbihu-NU))

Wednesday 14 March 2012



Menteri Agama/Amirul Haj Suryadharma Ali
Pelayanan  Jemaah Haji Terus Alami Perbaikan yang Signifikan

Secara umum pelayanan dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun 14321 H/2011 M berjalan baik dan meningkat kualitasnya dibandingkan pada tahun sebelumnya. Meski begitu, Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai Amirul Haj, pun tetap mengakui ada kekurangan di sana-sini yang menjadi catatan untuk peningkatan kualitasnya di waktu mendatang.
Demikian dijelaskan Menteri Agama Suryadharma Ali yang sekaligus sebagai Amirul Haj di ruang VIP bandara Soekarno-Hatta setibanya dari Arab Saudi, Sabtu malam (12/11/2011). Dalam memberikan keterangan pers, Amirul Hajj tahun 1432H  didampingi Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, Naib Amirul Hajj KH. Hasyim Muzadi, KH. Abdul Mu'thi, Mohammad Syahman Sitompul (Sekretaris), dan anggota KH. Idris Marzuki, KH Muhammad Anwar Iskandar, dan KH. Muhmmad Amin Nur.
Mengawali keterangan persnya Menag memulainya dengan membeberkan tentang kuota haji Indonesia. Menurutnya, kuota yang diberikan oleh Pemerintah Saudi Arabia untuk penyelenggaraan ibadah haji 1432H/2011 semula beriumlah 211.000 orang. “Namun mengingat Jumlah waiting list masih sangat banyak, yaitu mencapai lebih dari 1,4 juta orang, Pemerintah Indonesia  mengajukan tambahan kuota kepada Pemerintah Saudi Arabia dan diberi kuota tambahan 10.000 orang, sehingga total kuota menjadi 221.000 orang,” ujar Suryadharma Ali.
Dari jumlah itu, Menag pun merinci, jemaahhaji reguler tahun 1432H yang berangkat sebanyak 200.668 orang dari kuota 201.000. Sedang jumlah jemaah haji khusus tahun 1432H yang berangkat 20.217 orang dari kuota 20.000.
Sementara  petugas yang didatangkan ke Saudi Arabia dari Indonesia dan tenaga musiman dari luar Saudi Arabia sebanyak 3.516 orang, yang terdiri dari petugas kloter yang menyertai jemaah sebanyak 2.510 orang,dan petugas non-kloter sebanyak 1.006 orang, termasuk tenaga musiman (temus) yang direkrut dari para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara­negara Timur Tengah.

Dilihat dari karakteristiknya, jemaahhaji reguler yang usianya di atas 60 tahun sebanyak 34.063 orang (16,83%), dengan usia tertinggi 115 tahun.
Penyelenggaraan ibadah haji bagi jemaah reguler sepenuhnya dilakukan oleh Kementerian Agama bersama pihak terkait di Saudi Arabia, sedangkan haji khusus diselenggarakan oleh Penyelenggara lbadah Haji Khusus (PIHK)yang memperoleh izin dari Kementerian Agama.
Menteri Agama menerangkan,  di Makkah, jemaahhaji reguler ditempatkan di 322 rumah pemondokan yang tersebar antara lain di Mahbas Jin, Bakhutmah, Nakasah, Misfalah, Hafair, Jarwal, Shari' Umul Qura', Jumaizah, Ma'abdah, clan Rei Dzakhir. Tiap-tiap kamar pemondokan ditempati oleh 4 – 10 orang, sesuai ukuran kamar dan tasrih yang dikeluarkan oleh Baladiyah (Pemerintah Kota).

Pada tahun 1432H ini, jarak terjauh pemondokan dengan Masjidil Haram adalah 2.500 meter, lebih dekat dibanding tahun lalu yang berjarak 4.000 meter. Jemaahyang menempati pemondokan yang jaraknya 0-2.000 meter berjumlah 186.930 orang (93.00%), sedanglainnya, 14.070 orang (7 %) berjarak 2.001 – 2.500 meter. “Hal ini mengalami perbaikan signifikan dibandingkan tahun lalu. Pada tahun 2010, jemaahyang menempati pemondokan dengan jarak 0-2.000 meter 62,93%, yang jaraknya 2.001­2.500 sebanyak 4,71%, clan lainnya (32,36%) berada di jarak 2.501 – 4.000 meter. Sedang di Madinah, seluruh jemaahhaji reguler tahun 1432H ditempatkan pads pemondokan di Markaziyah,” katanya.

Di Arafah dan Mina, jemaah haji ditempatkan di tenda-tenda dalam 70 maktab. Penempatan ini menjadi tanggung jawab muassasah dan maktab. Setiap maktab bertanggung jawab terhadap lebih kurang 2.900 jamaah. “Dan alhamdulillah, secara umum pelayanan yang diterima oleh jemaahbaik. Mereka dapat melaksanakan wukuf dan ibadah-ibadah lainnya dengan khusyu,” tutur Menag lagi.
Mengenai penyediaan tenda dan fasilitas umum, seperti toilet dan dapur,di Armina menurut Menag, menjadi tanggung jawab Pemerintah Saudi Arabia yang dalam pelaksanaan operasionainya dilakukan oleh Muassasah dan Maktab. Kementerian Agama, tambahnya, membayar general service fee kepada Pemerintah Saudi Arabia untuk pelayanan tenda di Armina bagi jemaah haji Indonesia.
Dalam pemberian catering, pemerintah juga terus melakukan perbaikan-perbaikan. Pemerintah Indonesia memberikan pelayanan katering bagi jemaahhaji selama di Madinah, Armina, dan di Jeddah. Selama di Madinah jemaah haji memperoleh pelayanan katering dalam bentuk kemasan books sebanyak 18 kali untuk makan siang dan malam yang dilaksanakan oleh perusahaan katering yang secara langsung ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia.

Selama di Armina, terang Menteri Agama, jemaah haji menerima pelayanan katering sebanyak 16 kali yang dilaksanakan oleh 2 kelompok penyedia katering, yaitu'. (1) pelayanan yang dilaksanakan oleh muassasah, dan pihak muassasah menunjuk maktab sebagai penyedia katering bagi sebanyak 38 maktab; (2) pelayanan yang dilaksanakan oleh perusahaan katering yang secara langsung ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia (muta'ahidin), bagi sebanyak 32 maktab.

“Pelayanan katering di Armina menggunakan prasmanan, ini  dimaksudkan untuk menghindari terjadinya makanan basi yang tidak layak dikonsumsi dan agar makan yang disajikan masih fresh. Untuk mempercepat proses antrean makan, setiap kloter disediakan 1 buffet prasmanan dengan 2 jalur antrean, dan antrean dilakukan per rombongan,” tambah Menag.

Untuk pelayanan katering bagi jemaah haji pada saat kedatangan dan kepulangan di Bandara Internasional King Abdul Aaziz  Jeddah dilaksanakan oleh perusahaan katering yang secara langsung ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia. Sedangkan selama jemaahdi hotel transito diberikan 3 kali pelayanan katering yang disediakan oleh pihak hotel.

“Untuk menjamin kualitas dan kuantitas pelayanan bagi jemaahhaji,Pemerintah Indonesia telah menetapkan standar pelayanan katering, yang meliputi standar bahan baku, SDM, peralatan, proses kerja, dan pengendalian mutu, serta telah menempatkan tenaga pengawas,” Menag menerangkan.

Mengenai transportasi di Saudi Arabia, Suryadharma Ali juga jelaskan bahwa untuk transportasi jemaah haji antar kota Jeddah – Madinah – Makkah dan Masya'ir dilaksanakan oleh oleh Naqabah ("Organda"nya Saudi Arabia), yang secara umum dinilainya berjalan balk.

Sesuai kebijakan Pemerintah Saudi Arabia, transportasi bus ke Masjidil Haram (Transportasi Sholawat) wajib disediakan bagi jemaah yang menempati pemondokan dengan jarak di atas 2.000 meter dari Masjidil Haram. Pemerintah Indonesia menyediakan transportasi bagi jemaahyang menempati pemondokan di atas 2.000 meter sebanyak 14.070 orang dan yang menempati pemondokan di daerah Mahbas Jin sebanyak 27.324 orang. Di samping itu atas pertimbangan khusus, jemaah haji di Bakhutmah juga disediakan transportasi 10 bus mulai tanggal 26 Oktober 2011.
“Transportasi dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina, oleh Pemerintah Saudi Arabia, dilakukan dengan sistem taradudi (bolak-balik) bagi jemaah Asia Tenggara untuk mempercepat pergerakan pengangkutan. Jika tidak menggunakan taradudi maka akan berdampak pada kemacetan yang luar biasa dan keterlambatan yang lebih parah, atau bus tidak akan dapat bergerak sama sekali mengingat jumlah bus yang beroperasi melampaui kapasitas jalan,” jelas Suryadharma Ali.

Masalah tak Terhindarkan
Menag sadar betul, bahwa mengurus penyelenggaraan ibadah haji dengan jumlah yang sangat besar (221.000 orang lebih), di luar negeri (Saudi Arabia), dan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat (2 bulan) dan serentak (terutama seat puncak ibadah di Armina), tidak mungkin terhindar dari berbagai permasalahan. Namun demikian, Menag menilai bahwa secara umum, permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan baik.
Walaupun berjalan baik Menteri Agama juga tak menampik adanya permasalahan-permasalahan. Permasalahan tersebut diungkapkan Menag di antaranya adalah masalah pemondokan. “Kapasitas yang ditetapkan dalam tasrih ada yang tidak sesuai dengan standar dalam Ta'fimatul Hajj yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji Saudi Arabia yakni 4 M persegi per jamaah. Oleh karena pemilik rumah memegang tasrih sebagai pedoman, maka Kementerian Agama harus membayar biaya sewa sesuai jumlah yang tertulis dalam tasrih. Oleh sebab itu, Kementerian Agama menempatkan jumlah jemaah sesuai dengan tasrih tersebut,” jelasnya.

Menag juga mengungkapkan lokasi tenda di Mina agak jauh dari Jamarat, terutama yang di Mina Jadid (perluasan Mina). Dilihat dari kapasitas tenda dan sesuai ketentuan standar Kementerian Haji Saudi Arabia, seharusnya seluruh jemaah dapat tertampung di dalam tenda. Namun masih ditemukan di beberapa maktab adanya penambahan jemaah haji di luar jemaah haji resmi Pemerintah Indonesia, baik WNI maupun warga negara lain yang mengakibatkan terjadinya kepadatan di beberapa tenda, bahkan beberapa jemaah tidak tertampung. “Pemerintah Indonesia telah menyampaikan protes kepada Muassasah dan Maktab tentang kejadian tersebut,” tegas Suryadharma Ali lagi.

Menteri juga mengungkapkan adanya sebagian jemaah dan petugas katering tidak mengikuti ketentuan pelayanan prasmanan sehingga mengakibatkan adanya antrean  panjang. Selain itu juga masih ditemukan adanya nasi yang kualitasnya di bawah standar, keterlambatan distribusi, dan kekurangan persediaan.

Mengenai kasus diare juga diungkapkan Menteri Agama. Menurut menag, pada tanggal 07 November 2011, terjadi kasus diare pukul 24.00yang dialami oleh 329 jemaah di Maktab 71 Mina. Diduga akibat makan malam pada pukul 20.00 WAS.Pada pukul 01.00 WAS tanggal 08 November 2011 dinyatakan KLB. Petugas kesehatan, BPHI, Pihak Muassasah serta Kementerian Haji dan Kementerian Kesehatan Saudi Arabia telah dapat menanggulangi secara cepat, sehingga pada pukul 07.00 WAS tanggal 08 November 2011 status KLB dinyatakan dicabut.

Pada waktu makan pagi tanggal 08 November 2011, keadaan sudah kembali normal. “Dari 329 jemaahyang mengalami diare tersebut, 8 di antaranya dirawat di BPHI, namun segera sembuh clan telah keluar dari rumah sakit Semua jemaahyang terkena diare tersebut telah dapat menjalankan seluruh tahapan ibadah hajinya dengan baik,” kata Menag.

Masalah lain yang muncul, menurut Menag,  adalah adanya jemaah haji non-kuota yang jumlahnya sekitar 3.000 orang. Mereka berangkat dengan menggunakan jasa biro perjalanan atau individu yang tidak bertanggung jawab. Mereka sering kali tidak diberikan pelayanan oleh yang memberangkatkannya sebagaimana mestinya, padahal mereka telah membayar biaya yang lebih mahal, ada yang membayar sampai Rp. 70 juta.

“Keberadaan jemaahhaji non-kuota sering menimbulkan masalah karena tidak adanya pihak yang bertanggung jawab selama mereka di Saudi Arabia dan tanpa jaminan keamanan dan perlindungan. Di antara mereka bahkan banyak yang terlantar, tersesat, sakit dan bahkan meninggal tanpa ada yang bertanggung jawab,” tutur Menag.
Langkah yang Dilakukan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pemondokan, Pemerintah Indonesia, lanjut Menteri Agama, akan berusaha melakukan penyewaan pemondokan lebih dini agar memperoleh pemondokan yang lebih dekat dan berkualitas dengan tetap mengantisipasi kenaikan harga sewa yang bersaing dengan negara-negara lain.

Selain itu, masih menurut Menag, pemerintah Indonesia telah menyampaikan permintaan yang antara lain tambahan maktab di Arafah dan Mina untuk menampung jemaahyang semakin banyak, termasuk tambahan kuota, dan penempatan jumlah jemaah per maktab sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Saudi Arabia.

Demikian pula Pemerintah Indonesia meminta agar Pemerintah Saudi Arabia meningkatkan kualitas sanitasi dan kesehatan lingkungan di Armina. Penambahan tenaga pengawasan hieginitas dan sanitasi juga akan dilakukan Pemerintah Indonesia dalam pelayanan katering. Pemerintah Indonesia akan tetap menggunakan kemasan boks untuk pelayanan katering di Madinah dan Jeddah, sedangkan di Armina tetap menggunakan sistem prasmanan dengan penyedian 1 buffet per kloter dan menerapkan antrean 2 jalur (di Arafah) dan per rombongan.

Pemerintah Indonesia telah menyampaikan surat ke Menteri Haji Saudi Arabia untuk peningkatan kualitas dan pemenuhan jumlah pelayanan katering yang meliputi: pengetatan pengawasan oleh penyedia katering terhadap kualitas, kuantitas, hiegenitas, sanitasi dan standar proses serta tenaga pelayanan katering sesuai standar yang telah ditetapkan. Kementerian Agama telah mengambil tindakan-tindakan seperti: teguran, pengurangan jatah pelayanan, black list dan pemutusan kontrak bagi penyedia katering; serta penyediaan cadangan makanan sebanyak 3.000 porsi untuk setiap kali waktu makan oleh Muassasah selama di Mina. (NM)