Di tengah kuota haji yang sudah panjang daftar tunggunya, kerinduan kepada tanah suci bisa terpuaskan dengan melaksanakan umrah. Bahkan, untuk yang Muslimin yang pertama kali ke tanah suci dapat menjadikan umrah sebagai “pintu gerbang” menuju haji agar mengenal rangkaian ibadah haji dan medan yang akan dilaluinya.
"Umrah menurut bahasa berarti
ziarah atau kunjungan. Umrah mempunyai pahala yang agung dan balasan yang
melimpah dapat menghapus kesalahan yang pernah dilakukan," kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Bina Haji dan Umroh Nahdlatul Ulama
(ASBIHU-NU) HM Bukhori Muslim MA, di kantornya Jl. Basuki Rahmat 12 Jakarta
Timur.
Diriwayatkan dari
Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda,"Umrah hingga umrah
berikutnya merupakan penebus kesalahan antara keduanya, dan haji mabrur tidak
ada balasan baginya kecuali surga".
"Syarat umrah
adalah memiliki kemampuan yang mencakup kemampuan fisik dan material, wajib
adanya mahram yang menyertainya, baik tatkala umrah maupun haji. Adapun
rukun umrah ada tiga yaitu niat, ihram, tawaf dan
sai serta kewajiban lain yaitu mencukur (memotong) rambut sesudah sai,"
tuturnya.
Tak jarang juga ada Muslimin yang
mengaku takut, khawatir, atau was was untuk pergi umrah apalagi haji. Mereka
merasa sebagai orang yang paling berdosa di muka bumi sehingga apabila umrah
akan mendapatkan balasannya.
“Singkatnya, kalau
di tanah air suka memukul, maka saat di tanah suci juga akan dipukul orang lain
tanpa sebab," ujar Bukhori yang juga staf pengajar pada Universitas Islam
Negeri, Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Sesungguhnya semua itu bisa-bisa terjadi tetapi bisa juga tidak. Sebab jamaah umroh maupun jamaah haji itu
merupakan tamu Allah dan Allah SWT yang akan menjamu para tamu-Nya dengan amat
baik.
"Allah akan memperlakukan jemaah
haji dan umrah melalui malaikat-malaikat-Nya sehingga kenikmatan yang didapat
bukan penderitaan atau balas dendam," ucapnya.
Apabila mencermati keinginan kaum
Muslimin Indonesia untuk berhaji sungguh luar biasa. Dengan kuota haji
Indonesia 211.000 orang ternyata tak mampu menampung
keinginan kuat aspirasi Muslimin untuk berhaji. Bahkan, kuota sampai 400.000
orang pun sepertinya tidak akan sanggup memenuhinya.
Di Jawa
Barat sendiri misalnya, mendapatkan
kuota haji 37.366 orang tiap tahunnya yang saat ini sudah habis sampai tahun
2020. “Jadi, kalau Anda mendaftar haji tahun
ini kemungkinan besar baru bisa berangkat tahun 2020 jadi
ada jeda waktu 10 tahun," kata KH Alamsyah kepada tabloid
Labbaik saat berada di Makkah beberapa waktu lalu.
Pertanyaannya, mengapa seseorang selalu
rindu dengan suasana tanah suci? Apakah melaksanakan ibadah shalat
di tanah air tidak bisa khusyuk? Atau, doa-doa di tanah air jarang yang
dikabulkan, namun doa-doa di tanah suci langsung mujarab?.
Bukhori
menambahkan, di antara ratusan ribu calhaj Indonesia yang antre untuk
diberangkatkan ada sebagian dari
mereka yang sudah berhaji. "Bahkan, bukan hanya sekali, namun sudah
berkali-kali haji, meski sudah berkali-kali haji tapi tetap saja
ada kerinduan untuk selalu pergi ke tanah suci. Jadi
memang ada semacam magnit di tanah suci itu," katanya.
Kerinduan untuk
selalu menziarahi tanah suci Makkah umpamanya, ini tentu saja sesuai dengan doa
Nabi Ibrahim saat hendak meninggalkan istrinya Siti Sarah di lembah Bakka
(Makkah), sebagaimana termaktur dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim 37. “Ya Tuhan
kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang
tidak mempunyai tanaman di dekat Baitullah, ya Tuhan kami (yang demikian itu)
agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung
kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan mudah-mudahan mereka
termasuk orang-orang yang bersyukur”.
Selain itu, banyak
diantara kita yang menyadari bahwa melakukan ibadah di tanah suci bisa lebih
khusyu, lebih nikmat. Inilah antara lain yang juga menjadi magnit ummat Islam
selalu rindu ke Ka’bah. Kenikmatan ibadah haji dan umrah ini bisa juga
berkaitan dengan sifat ibadahnya yang mencakup qauliyah dan fi’liyah (ucapan
dan perbuatan). ***
No comments :
Post a Comment